Jump to ratings and reviews
Rate this book

Through a Glass, Darkly

Rate this book
It's almost Christmas. Cecilia lies sick in bed as her family bustle around her to make her last Christmas as special as possible. Cecilia has cancer. An angel steps through her window. So begins a spirited and engaging series of conversations between Cecelia and her angel. As the sick girl thinks about her life and prepares for her death, she changes subtly, in herself and in her relationships with her family. Jostein Gaarder is a profoundly optimistic writer, who writes about death with wisdom, compassion and an enquiring mind. 'Through a Glass, Darkly' will not only bring comfort to the bereaved. It will move and amaze everyone who reads it.

176 pages, Paperback

First published January 1, 1993

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Jostein Gaarder

55 books7,113 followers
Jostein Gaarder is a Norwegian intellectual and author of several novels, short stories, and children's books. Gaarder often writes from the perspective of children, exploring their sense of wonder about the world. He often uses meta-fiction in his works, writing stories within stories.

Gaarder was born into a pedagogical family. His best known work is the novel Sophie's World, subtitled "A Novel about the History of Philosophy." This popular work has been translated into fifty-three languages; there are over thirty million copies in print, with three million copies sold in Germany alone.

In 1997, he established the Sophie Prize together with his wife Siri Dannevig. This prize is an international environment and development prize (USD 100,000 = 77,000 €), awarded annually. It is named after the novel.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
2,304 (28%)
4 stars
2,900 (35%)
3 stars
2,204 (26%)
2 stars
615 (7%)
1 star
145 (1%)
Displaying 1 - 30 of 543 reviews
Profile Image for Ahmad Sharabiani.
9,564 reviews154 followers
July 26, 2020
I et speil, i en gåte = Through a Glass, Darkly, Jostein Gaarder

Through A Glass, Darkly is a novel, by Norwegian author Jostein Gaarder, published in 1993. An award-winning film adaptation was released in 2008.

The book describes a series of conversations between Cecilia, a girl lying ill in bed with terminal cancer, and Ariel, an angel who stepped in through her window, on the meaning of life.

تاریخ نخستین خوانش: سال 1998 میلادی

عنوان: درون یک آینه ، درون یک معما؛ نویسنده: یوستین گوردر؛ مترجم مهرداد بازیاری؛ مشخصات نشر تهران، نشر کتاب، هرمس، کیمیا، 1377، در 145ص، شابک 9646641024؛ داستانهای نویسندگان نروژی سده 20م

این کتاب سبب شد: «یوستین گردر»، به عنوان بهترین نویسنده ی سال 1993میلادی «نروژ»، برگزیده شوند.؛ «سسیلی» دختر بیماری ست، که شب کریسمس، در تختش خوابیده، فرشته‌ ای به نام «آریل»، به پیش او می‌آید، و با هم گفتگو می‌کنند، و به بیان پیچیدگی‌های مربوط به آفرینش، و زیبایی‌های آن، انسان، و روابط بین انسان‌ها، می‌پردازند.؛

نقل نمونه متن: «در میان راهرو را، باز گذاشته بودند؛ سسیلی بوی کریسمس را به خوبی حس می‌کرد. او سعی داشت بوهای مختلف را از هم جدا کند، و آن‌ها را از یکدیگر تشخیص دهد. بوی ترشی کلم، عودی که پدرش قبل از رفتن به کلیسا، درون بخاری دیواری انداخته بود، و رایحه‌ ی دل‌پذیر و تازه‌ ی درخت کریسمس، به وضوح به مشامش می‌رسید.؛ یکبار دیگر، به شمایل فرشته‌ ای که بر روی مسیح نوزاد خم شده بود، نظر انداخت.؛ پشت سر آن‌ها «یوسف» و «مریم» ایستاده بودند، اما مشخص بود، که از حضور فرشته، خبر نداشتند.»؛ پایان نقل

تاریخ بهنگام رسانی 05/05/1399هجری خورشیدی؛ ا. شربیانی
21 reviews2 followers
September 5, 2011
So there's an angel and a sick girl who discuss heaven, creation and earth while sneaking out into winter nights ... if you haven't read Jostein Gaarder before that must've seemed pretty strange. Also, if you haven't read Jostein Gaarder before you're missing out on something wonderful. As with all of his books he writes children like he is one. There's a beautiful innocence and curiosity about his protagonists that you can easily get carried away with. He's also very fond of philosophy but in this book, unlike Sophie's World, he explores it more as a matter of circumstance rather than lecturing. This book is sweet, sad, funny and beautiful. It's why people read.
Profile Image for Teresa.
Author 8 books960 followers
January 31, 2019
A sweet story with beautiful thoughts and ideas, but one that is executed in a way that is just not to my taste. I've never cared for novels that are really a dialogue between two individuals to get across the author's philosophy or viewpoint. Perhaps I'd have felt differently if I could've read this when I was young.
Profile Image for Mia Prasetya.
401 reviews259 followers
March 4, 2010
Terima kasih kepada sang malaikat Ariel, karena dia saya belajar banyak hal.

1. Mensyukuri setiap pertumbuhan rambut, kuku, perubahan badan saya seiring usia. Karena malaikat tidak pernah tumbuh dan merasakan punya badan dari darah dan daging. Itu artinya malaikat tidak pernah merasakan deg deg ser saat menunggu sesuatu dan saat darah terasa menggelegak dari tubuh saat berita gembira akhirnya datang.

2. Menikmati segenap rasa makanan yang ada, kecutnya rujak mangga muda, manis kecutnya Sour Sally, pahitnya mulut saat tidak sengaja menggigit biji duku, pedasnya bakso jalanan mang Ali. Karena malaikat tidak tau rasanya makan. Itu artinya malaikat juga tidak tahu bagaimana menderitanya saat perut kembung dan keroncongan (ditambah bunyi2an para cacing di perut!!) dan juga bagaimana nikmatnya minum es teh manis saat cuaca panas menggigit.

3. Berusaha untuk selalu mengingat mimpi yang terjadi semalam, baik mimpi buruk ataupun mimpi berkencan semalam dengan mas Gerard Butler. Karena malaikat tidak pernah bermimpi.

4. Mlungker di dalam selimut dengan suhu AC 18 derajat terasa begitu nikmat, apalagi setelah seharian lelah bekerja, sayang para malaikat tidak tahu rasanya kedinginan. Itu berarti malaikat tidak pernah merasakan bulu kuduk berdiri saat angin dingin menerpanya.

5. Membaca buku ini membuat saya semakin menikmati saat menggendong anjing kecil kesayangan, lembut bulunya yang ngangenin. Malaikat tidak bisa merasakan apapun, bahkan saljupun ia tak tahu rasanya. Nah kalo salju sih saya juga belum pernah lho, Ariel.

Terlalu banyak kalau semuanya ditulis di sini, yang jelas saya sangat berterima kasih pada malaikat Ariel. Membuat saya menyadari kembali betapa bersyukurnya saya diberi kesempatan untuk hidup oleh Tuhan semesta alam sebagai manusia, lengkap dengan 2 tangan untuk bisa mengetik review ini, punya 2 mata untuk bisa membaca berbagai macam buku bagus, punya otak dan pikiran untuk bersosialisasi sehingga saya bisa ikut bergabung di Goodreads dan berbagi segala macam rasa yang saya dapat saat membaca buku. Cheers to life! Live long and prosper *tangan ala Star Trek*
Profile Image for Iva Kenaz.
Author 17 books123 followers
May 21, 2017
I've returned to this novel many times. It used to be one of my favourite reads in childhood and I still adore it. I can't imagine anyone not liking this book.
Profile Image for Maede.
351 reviews507 followers
August 13, 2016
به شدت خسته کننده
مرتب نگاه می کردم که کی تموم میشه
داستان مکالمات یک دختر بچه بیمار با یک فرشته رو شرح میده که حتی اگر جملات زیبایی هم این وسط بود، اینقدر حوصله سر بر بود که به چشمم نیومد
Profile Image for Jimmy.
152 reviews
June 13, 2009
Para malaikat di surga tak bisa hancur. Itu karena mereka tak punya tubuh dari darah dan daging yang ditinggalkan ruh saat ajal tiba. Berbeda dengan segala sesuatu di alam semesta. Di sini, semua hal bisa rusak dengan gampangnya. Bahkan, gunung pun perlahan terbang dan berakhir sebagai tanah dan pasir. Ada keburukan di alam semesta. Ada cacat di alam duniawi.

Kau tak selalu sepenuhnya memahami apa yang kau ciptakan. Misalnya, aku bisa saja menggambar atau melukis sesuatu di selembar kertas. Tapi, itu bukan berarti aku bisa memahami bagaimana rasanya menjadi gambarku itu. Lagi pula, kan gambarku tidak hidup. Dan itulah yang benar-benar aneh: Aku hidup!


Pada masa muda (percayalah, lihat umurku di profil), aku sering ikut acara-acara pemuda, misalnya LDK, retreat, atau outing. Dan biasanya, dalam acara ini seorang peserta secara rahasia ditugaskan menjadi guardian angel bagi peserta lainnya. Tugasnya untuk memperhatikan dan mencatat segala tingkah laku peserta yang “dimata-matai”nya, lalu memberikan pesan misterius kepada peserta tersebut. Pesan itu bisa berupa pujian kalau targetnya melakukan hal yang baik, dan peringatan kalau sang target melakukan kesalahan. Dan setiap peserta tidak akan pernah tahu siapa “malaikat pendamping”nya itu. Kecuali, kalau dia menyewa detektif, atau “malaikat pendamping”nya itu bermulut ember.

Tapi berbeda dengan Cecilia, dia dan malaikat pendampingnya akhirnya bisa bertemu muka dengan muka. Malaikat Ariel, begitu panggilannya, menjadi guardian angel bagi Cecilia semenjak dia lahir. Tapi, Cecilia baru mengetahui hal itu pada saat penyakit semakin mengerogoti tubuhnya. Botak, kecil, tidak bersayap pula, demikianlah wujud Malaikat Ariel. Tentu, sangat berbeda dengan bayangan kita akan wujud malaikat selama ini. Sepertinya Malaikat Ariel lebih mirip tuyul yang ada di film-film. Dalam syair lagunya, Dewi Lestari pun menuliskan “…terkadang malaikat, tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan.”

Cecilia dan Malaikat Ariel terlibat dalam percakapan yang luar biasa, tentang Bumi dan Surga. Pengetahuan Malaikat Ariel sebenarnya sangatlah luas, tapi dia jadi terkesan bodoh hanya karena dia tidak bisa merasakan apa-apa. Ya, Malaikat Ariel tindak punya indra. Dia tidak tahu bagaimana rasanya kedinginan, seperti apa rasa stroberi, atau seperti apa rasanya dicubit. Namun, Dia tahu segala hal yang terjadi di Bumi karena dia adalah salah satu pancaran mata Tuhan. Bukankah Tuhan cukup kreatif menciptakan malaikat sebagai “mata-mata”-Nya? Karena menurut aku, akan terlalu ribet kalau Tuhan harus memasang sejumlah CCTV di seluruh penjuru Bumi agar bisa mengontrol apa yang terjadi di planet yang dihuni manusia ini.

Aku bisa mengerti perasaan Cecilia saat itu, bagaimana dia harus berpikir keras untuk bisa menjelaskan seperti apa rasa sakit itu kepada orang yang tidak bisa merasakan sama sekali. Tapi, hal-hal seperti itulah yang membuat percakapan mereka semakin menarik. Buat aku, malah terasa lucu daripada menyedihkan. Tentu, hanya Tuhan yang tahu seperti apa perasaanku saat menyelesaikan buku.

Apakah kalian tahu? Ternyata, Tuhan itu lebih menyukai anak-anak dari pada orang dewasa. Kenapa? Karena, anak-anak lebih senang menanyakan hal-hal yang mereka tidak ketahui, sedangkan para orang dewasa cenderung sok tahu. Aku percaya adanya Tuhan, tapi aku masih tetap banyak bertanya tentang banyak hal yang tidak kupahami tentang karya-karya Nya. (Thanks God, sisi anak-anak masih hidup dalam diriku). Misalnya, masalah penciptaan manusia. Banyak orang yang lebih percaya sama Om Darwin kalau mereka adalah keturunan kera. Memang sangat susah dicerna pikiran bagaimana “keajaiban” penciptaan itu terjadi. Seperti sihir memang. Tapi aku percaya, kalau Tuhan memang bekerja dengan cara yang ajaib dan misterius. Aku juga percaya, setiap orang punya hak untuk percaya ataupun tidak percaya. Toh, Tuhan saja tidak suka memaksa.

Lalu,bagaimana dengan sistem kerja tubuh manusia? Pernahkah terpikirkan oleh kita suatu saat lupa bernafas karena terlalu asyik baca buku? Bagaimana otak mengatur sistem saraf dalam tubuh? Kenapa kita bisa sering mengingat sesuatu, mungkin sesering kita melupakan sesuatu? Pernahkah ahli bedah otak menemukan pikiran dalam otak yang dibedahnya? Bagaimana caranya kok kita bisa tiba-tiba bangun dari tidur? (Mungkin hal ini terjadi karena ada jam beker yang ditanam di otak kita). Terus, bagaimana prosesnya makanan dan minuman bisa berubah menjadi darah dan daging. Kenapa mata mengeluarkan air mata saat menangis sedih atau bahagia. Bukankah semua hal di atas merupakan keajaiban juga? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang mengantri di pikiranku yang menjadi bahan percakapan antara Cecilia dan Malaikat Ariel.

Ya begitulah, banyak hal yang tidak aku pahami, dan aku akan terus bertanya. Namun, ketika aku tidak bisa menerima penjelasan secara logika, maka aku pun menerimanya secara iman.

Jangan lupa perhatikan sekelilingmu, siapa tahu salah satu dari teman yang kamu ajak ngobrol hari ini ternyata malaikat pendampingmu.

Sebait lirik dari sebuah lagu yang tiba-tiba muncul saat mengetik ripiu ini (maaf kalau tidak lengkap, tapi setidaknya beginilah isinya):

…lebih tinggi dari langit, begitulah kasih Tuhan.
…lebih dalam dari lautan, Engkau mengasihiku.
…lebih luas dari bumi, tak terjangkau pikiranku.
Namun, semua telah Kau sediakan bagiku…


*tumben..jadi sedikit relijius. Kesambet Malaikat Ariel nih*
Profile Image for Fereshteh.
250 reviews631 followers
March 30, 2015
دوستش نداشتم
حتی اگه به عقب بر میگشتم و تو سن خودش می خوندمش باز هم مطمئنم که دوستش نمی داشتم
این چیزای تخیلی و فانتزی هیچ وقت ژانر من نبود

به دو دلیل خریدمش: اسم یوستین گوردر روی جلد و قیمت هزار و چهارصد تومن پشت جلد! اون هم به عنوان هدیه برای خواهرم
فقط خواستم قبل هدیه دادن مزه مزه ش کنم
همین
:)
...
Profile Image for ZaRi.
2,321 reviews808 followers
Read
March 28, 2016
هميشه فرصتی برای شروع كردن می توان يافت، در حالی که ما اکثر اوقات به تمام کردن فکر می کنیم...!
Profile Image for Saravannan.
19 reviews3 followers
December 15, 2010
I was not halfway thru the book when I knew I would not like it and I was quite right. I was quite disappointed with the book. It has no plot what so ever. It has 2 individual talking about life, heaven, God, and things like that. I think this book is meant to make us think, provoke our thoughts, and make us wonder. And quite honestly, it didn’t. In fact, I think some of the statements contradict with each other.

For example, Ariel states that God was very tired after the 7th day (after creating the world of course), but few pages after that, he talks about fishes evolving into amphibians and start walking on land (which suggests evolution theory is correct, i.e. the world and animals took billions of years to be created as it is now).

Another example is Ariel said that since he is not made of flesh and blood, he can’t ‘feel’ anything, but later in the book, he claimed that he has a lot of fun jumping across asteroids and riding comets. He also laughs at certain points in the book. How can he know what is ‘fun’ and ‘funny’ when he can’t ‘feel’ anything?

Anyway, even though being a short story as it is (only 161 pages), I really struggled to finish it. I even skipped few pages to go straight to the ending. And it still made no difference, I still didn’t like the book.
Profile Image for Meriana.
105 reviews4 followers
November 10, 2015
Gadis kecil penggemar ski yg sakit keras sehingga harus selalu terbaring di atas tempat tidurnya.
"Rembulan sendiri tak mengeluarkan cahaya, ia hanyalah cermin yg meminjam matahari!"--Cecilia

Malaikat kecil dengan mata terang kehijauan dan jernih bagaikan safir yg bertugas menemani Cecilia di hari-hari pesakitannya.
"Matahari juga tidak menghasilkan sendiri cahayanya. Ia hanyalah cermin yg meminjam cahaya Tuhan."--Ariel

*****

Dari sinopsis asli buku & penggalan ringkasan saya di atas, anda tentu sudah bisa mengira buku seperti apa Dunia Cecilia ini. Sebuah buku perenungan yg dikemas dalam bentuk novel yg berisikan dialog2 kreatif & menggugah--atau singkatnya inspiratif-- antara Ariel dan Cecilia. Begitu banyaknya ide2 menarik seputar entitas manusia dan keilahian yg diceritakan, sehingga rasanya saya ingin mengutip isinya jauuhhh lebih banyak lagi^^ Tapi nanti jadinya spoiler, yaa ヽ(;▽;)ノ

Buat anda yg setengah hati tertarik dengan novel philosophy-inspiring (seperti saya), mungkin anda akan sangat menggebu-gebu untuk membaca pada awalnya, lalu kemudian lelah membaca ketika sampai di tengah. Hal yg wajar menurut saya, mengingat jalan ceritanya yg makin sedikit & ide inspirasi yg makin banyak di bagian tengah.

Tapi ketika anda membulatkan tekad untuk membaca hingga akhir karena penasaran dengan bagaimana kondisi Cecilia pada akhirnya, anda akan menemukan buku ini makin menarik (baik dari segi cerita maupun filosofi)!!! Endingnya pun (meski saya sudah tahu akan bagaimana), sangat menyentuh hingga membuat air mata saya meleleh... (つД`)ノ

Pada akhirnya, buku ini akan membuat kita makin mendekatkan diri pada Tuhan & makin mawas diri ヽ(;▽;)ノ

"For now we see through the glass, darkly;
but then face to face:
now I know in part;
but then shall I know even as also I am known." -- The Words
Profile Image for Sandra Deaconu.
728 reviews113 followers
December 4, 2018
Cine mă cunoaște știe că sunt un pic obsedată de Fata cu portocale și o recomand tuturor, dar cartea asta m-a dezamăgit profund. Îmi plăcea ideea unui înger care vine să îi aducă alinare unei fetițe care e pe moarte, dar îngerul ăsta e tare nesimțit. Și prost. În seara de Crăciun i se arată fetiței fără să-i dea prea multe explicații, apoi începe să îi pună diverse întrebări. Tot el. Ha! Dacă bradul care are instalație miroase mai frumos, care e aroma ei preferată, cum se simte când ții în mână zăpadă. Am înțeles, îngerul nu avea simțuri, dar nu putea să frece la cap pe altcineva și să nu-i irosească ultimele clipe ale unei fetițe? Culmea, când îi pune ea întrebări, el e foarte iritat și îi spune fetiței că o să plece dacă mai continuă, că el mai are și alți bolnavi la care să ajungă. Ce să spun! Du-te, dom'le, și lasă-ne! Atâta superficialitate și spiritualitate în cărticica asta! Parcă ar fi căzut Catedrala neamului peste mine! Ochii sunt oglinda spiritului, iar Dumnezeu se oglindește în fiecare dintre noi. Bla, bla, bla! M-am simțit agasată de parcă mi-ar fi bătut Martorii lui Iehova la ușă. Vorbim despre o fetiță care o să moară. Nu-i pasă că Dumnezeu a creat lumea în șapte zile, că El e nu știu cum și face nu știu ce. Ea vrea schiuri și sanie pentru că îi e greu să accepte că nu va mai putea merge vreodată pe lumea asta. Deși am găsit câteva citate frumoase, n-am învățat nimic din cartea asta, nici biata fată. Mi-au plăcut doar ultimele pagini și familia fetiței.
Profile Image for ساره.
42 reviews12 followers
June 7, 2019
کتابی مکالمه محور که حول آفرینش و انسان و خداوند بحث میکنه. در سیزده سالگی خوندمش. الآن برام بیگانه س :))
May 21, 2019
Het is bijna kerst en Cecilia word nooit meer beter.
De engel Ariel komt haar gezelschap houden.
Samen discussiëren ze over de vragen des levens.

Het is zeker niet het beste boek wat ik heb gelezen de afgelopen tijd. Het is leuk geschreven. Maar Gaarder maakt zijn punt zeer duidelijk in dit boek, en dat komt gelukkig wel goed over.

Het zorgt ervoor dat je zelf ook gaat nadenken over de vragen die Cecilia en Ariel aan elkaar stellen.

Wel jammer dat Gaarder zichzelf soms tegenspreekt in het boek. Zeker met maar 161 pagina's valt dat sneller op.

Maar om tussendoor te lezen, is het zeker wel een geschikt boek. Ik ga zeker nog een keer een boek van hem lezen.
Profile Image for Palsay  .
259 reviews35 followers
May 6, 2009
Aku selalu menyukai buku-buku yang berisi tentang gagasan...sebab suatu gagasan menciptakan ratusan pertanyaan, ratusan gambar dan hasrat untuk terus dan terus membaca...

Seperti halnya buku ini yang penuh berisi gagasan tentang hidup, dunia, Tuhan dan malaikat. Apakah malaikat itu sebenarnya? apakah ia sesosok mahluk serupa anak kecil yang tidak berambut, bermata biru safir dan tidak bersayap? Untuk yang ini aku sempat tersenyum-senyum sendiri...sebab saat aku SD, pak guru agama dengan semangatnya menceritakan tentang kisah malaikat berbaju putih yang bersayap..tinggi besar dan melayang-layang...(sesuai penggambaran Philip Pullman juga)..saat itu aku malah bertanya-tanya, buat apa yah malaikat punya sayap, kan ia berasal dari cahaya? syukurlah ternyata Mr. Gaarder pun sependapat denganku...hehehe...

Kisah yang menyentuh ini menceritakan tentang seorang anak bernama Cecilia yang sakit parah. Suatu hari Cecilia berteman dengan malaikat bernama Ariel yang tiba-tiba saja memunculkan dirinya dikamarnya dan seperti halnya Cecilia yang tertarik kepada mahluk bernama malaikat, Ariel pun tertarik kepada mahluk bernama manusia, yang sarat akan kemampuan untuk merasakan.

Selain berisi dialog antara Cecilia dan Ariel yang cukup menggelitik dan nakal mengenai Tuhan, dunia dan surga, buku ini juga berhasil membuat aku merasa bersyukur terlahir sebagai manusia dan menempuh kehidupan di dunia yang beraneka warna. Dan pada akhirnya, meski menyita waktu tidurku malam tadi, aku senang karena buku ini telah membuat moodku yang beberapa hari ini terpuruk menjadi secemerlang biru safir mata sang Ariel...it's like I'm falling in love with mylife again...(hehehe..agak lebay yah? biarin...)

well done Mr. Gaarder...
Profile Image for Charlotte.
5 reviews
November 18, 2018
I read this book the summer after my grandmother died, it helped me. I remember sitting outside reading and beginning to cry, I think it is a very touching book, without being sentimental.

The book adress some very serious themes, but the language remains easy to read. The book asks a lot of questions and doesn't give all the answers, it makes you think and reach your own conclusions.

I have read a lot of Jostein Gaarder's books and generally I like them, and "I et spejl, i en gåde" is definitely one of my favourites.
Profile Image for Hamed Movaghari.
Author 1 book7 followers
February 13, 2017
من کتاب صوتی این کتاب که توسط ایران صدا تهیه شده را گوش دادم
Profile Image for Sarah .
386 reviews26 followers
April 30, 2019
Cecilie ist todkrank (was sie selbst nicht so richtig weiß). Das junge Mädchen (vielleicht 12 Jahre?) verbringt das Weihnachtsfest zuhause im Bett, zu schwach um Aufzustehen. In der Weihnachtsnacht wird sie vom Engel Ariel besucht. Er gibt sich irgendwann als Engel zu verstehen, der sehr kranken Menschen geschickt wird , um diese zu trösten. Die beiden unterhalten sich über Gott und die Schöpfung, und Cecilie darf sogar noch ein letztes Mal Schlitten fahren.

Ich bin nicht der Meinung, dass das Buch schlecht ist. Es hat für mich einfach nicht funktioniert. Das Gespräch zwischen den beiden ging mir irgendwann ziemlich auf den Keks, Vielleicht denke ich da teilweise zu wissenschaftlich. Trotz des christlich religiösen Einschlags ist das Buch auch kritisch mit der Schöpfung umgegangen. Das Ende fand ich dann doch irgendwie rührend und schön (wie das Buch endet ist dem Leser aber ziemlich schnell klar, die Umsetzung fand ich nett). Ich kann mir vorstellen, dass manche Menschen Trost in diesem Buch zum Thema Tod finden werden.
Profile Image for Lelita P..
576 reviews51 followers
July 17, 2013

Beautiful.


Bukunya tipis, tapi makna yang terkandung di dalamnya luar biasa. Saya nggak bisa memikirkan kata lain selain beautiful. Bahkan sampai sekarang pun saya masih belum bisa move on dari buku ini. Jostein Gaarder memang selalu berhasil menyajikan cerita anak dengan memukau dan berisi. :')


Mengisahkan tentang Cecilia, seorang gadis yang pada Natal tahun itu terbaring sakit berat (kanker, tapi saya kurang paham kanker apa). Dia menghabiskan sebagian besar waktu di kamar dan cuma pada saat-saat tertentu dia turun ke ruang keluarga. Suatu hari, dia dikunjungi oleh "malaikat pendamping" bernama Ariel. Mereka berdua pun mulai berdialog panjang tentang hal-hal duniawi dan surgawi. Ariel sebagai malaikat tidak bisa memahami rasanya menjadi manusia yang terbuat dari darah dan daging, sementara Cecilia tak dapat mengerti cara hidup malaikat seperti yang dijabarkan Ariel. Namun, meskipun diskusi mereka cukup alot, mereka juga menghabiskan waktu bersenang-senang bersama.


Dari semua buku Jostein Gaarder yang pernah saya baca, saya perhatikan yang satu ini bukan model "surat" seperti yang biasa beliau gunakan untuk novel anak. Model yang beliau pilih di sini adalah dialog; diskusi-diskusi sarat makna yang penuh perenungan tapi dikemas sedemikian rupa sehingga tidak sulit dicerna anak-anak. Apalagi dalam versi Indonesia ini terjemahannya bagus; bahasanya nggak terlalu baku dan pilihan katanya sangat ringan. Baik anak-anak maupun orang dewasa yang membaca novel ini tidak akan sulit memahami segala hal yang dibicarakan di sini.

Seperti biasa saya selalu terpesona dengan muatan-muatan yang disajikan Jostein Gaarder dalam novel-novelnya. Cecilia memang orang Kristen, tapi saya rasa penjabaran tentang penciptaan di sini bersifat universal--sebagian besar bisa diterima dan direnungi semua agama, mungkin kecuali dalam beberapa unsur tertentu. Dan menurut saya tidak ada "indoktrinasi" atau semacamnya.

Saya suka sekali judul asli (versi Inggris) novel ini: Through a Glass, Darkly. Metaforanya dalem banget: bahwa manusia tidak bisa memahami hal-hal surgawi dan keilahian secara sempurna--bahwa hal-hal itu akan selalu menjadi misteri akbar, karena kita berada di sisi depan cermin. Kita hanya bisa melihat hal-hal itu samar-samar, karena hal-hal tersebut berada "di balik cermin". Kalau kita berusaha menggosok cermin sebersih-bersihnya sampai bisa melihat apa yang ada di dunia balik cermin, kita jadi tidak bisa melihat bayangan diri kita sendiri lagi di dalam cermin. Dalem banget, kan? :')


Benar-benar novel yang indah dan penuh makna. Membaca ini akan membuat mata kita terbuka tentang keagungan dan kebesaran Tuhan dalam menciptakan dunia. Jelas ada banyak pertanyaan tentang penciptaan dan cara kerja segala sistem di dunia ini--khususnya sistem tubuh (panca indra)--setelah membaca, tapi yang terpenting bukanlah mencari jawaban untuk itu semua, karena manusia tidak akan pernah bisa mengerti seutuhnya. Kalau kita terus-terusan memikirkan jawaban-jawaban teka-teki "apa yang ada di balik cermin", kita bisa gila dan tidak bisa lagi "melihat bayangan diri sendiri". Kita hanya perlu yakin betapa Tuhan sangat luar biasa dan mempunyai maksud di balik apa yang diciptakan-Nya, dan sebagai manusia kita hanya perlu mensyukurinya.


Profile Image for lita.
440 reviews61 followers
May 11, 2009
Malaikat tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan
Personifikasi manusia atas malaikat membuat malaikat identik dengan rambut kemilau, sayap bulu nan putih, serta mata biru cemerlang. Malaikat Ariel berkata pada Cecilia: “malaikat dan manusia sama-sama punya ruh yang diciptakan Tuhan.” Bedanya, manusia juga terdiri dari darah dan daging, yang membuatnya tumbuh sejak bayi hingga dewasa. Sementara, malaikat tidak. Ia hanya terdiri dari ruh, yang membuatnya bahkan tidak memiliki rambut.

Malaikat itu bodoh
Tidak, malaikat tidak bodoh. Ia hanya tidak bisa merasa. Ia bahkan tidak tahu bagaimana rasanya memiliki rasa. Malaikat Ariel berkata pada Cecilia, bahwa ia tidak tahu seperti apa rasanya memiliki mata yang bisa melihat, telinga yang bisa mendengar, hidung yang bisa mencium, lidah yang bisa mengecap, serta kulit yang bisa meraba. Malaikat Ariel tidak tahu seperti apa rasanya sakit, atau sebaliknya, seperti apa rasanya sehat. Bahkan, malaikat tidak bisa mencubit lengannya sendiri.

Malaikat tidak tidur
Malaikat tidak tidur. Malaikat Ariel berkata pada Cecilia, bahwa ia kagum pada manusia. Manusia berani tidur, tanpa pernah tahu apakah ia akan bangun lagi atau tidak. Karena tidak pernah tidur, malaikat jadi tidak tahu “seperti apa rasanya bermimpi.”

Terakhir: Apakah malaikat bisa bertemu secara langsung dengan Tuhan?
Kata Malaikat Ariel: “Aku sekarang bertatap muka dengan sepotong kecil dari diri-Nya. Apapun yang kulihat dan kubicarakan dengan sepotong kecil diri-Nya, sama artinya aku melihat dan membicarakan-Nya dengan Dia.”




Profile Image for Nurul.
112 reviews28 followers
February 11, 2009
Bagaimana bisa saya melewatkan karya Jostein Gaarder........

Ini cerita tentang kehidupan di 2 dimensi yang berbatas tipis. Hanya melalui mimpi, kedua dimensi ini dapat kita lalui. Sungguh sangat menyentuh mendengar Cecilia menjalani hari-hari terakhirnya ditemani sang Malaikat Ariel. Namun, hari-hari akhir Cecilia adalah hari-hari penuh pelajaran dan hari-hari paling 'hidup' bagi Cecilia.

Terputuskah hubungan kita dengan dunia saat kita mati? Seorang kenalan bercerita tentang kehadiran alm. kakakku di mimpinya, mengukuhkan kehadirannya di sekolah putrinya di hari pertama putrinya masuk SMP. I was so relieved to hear that because I know that God will watch over her. Cecilia kini telah berada di belakang cermin. Tak lagi mengenali dirinya sendiri, tapi biarlah ia dikenali oleh yang ditinggalkannya. Sama seperti amal dan perbuatan yang dikenang...

Cecilia dan Malaikat Ariel diterjemahkan dari versi Inggris yang berjudul 'Through a glass, darkly' yang rupanya diambil dari Kitab Perjanjian Baru. Sementara Ariel adalah malaikat mitologi Hebrew yang berarti 'Lion of God', sang penjaga alam dan bumi. Melalui alam, kita berhubungan denganNya secara alamlah tempat kita berpijak dan mereguk semua sari kehidupan, secara kita dengan daging dan darah mampu merasakannya. Alam semesta adalah misteri akbar. Pedulikah kita?
March 10, 2016
"Did you know that something can be so nice it almost hurts?"

Because you can't run away from your own souls. You can't bite your own tails. Or perhaps that's exactly what you do: you bite your own tails until you shout and scream in fear and terror.

The story was about the everyday conversation between an Angel and a sick little girl. This was very touching, very soulful and beautiful. It touched me and was in awe.

It kind of made me sad in the end though. It was all about life, death and acceptance. The little girl was all over the place her feelings about everything i mean from anger, sadness, i think a bit of depression and eventually acceptance. I like the Angel he was so cool and very talkative for an Angel of Death that is. It was an easy read and unique since it tackles different topics also. From the creation, Adam and Eve to science and astronomy and angels to how humans feel from physical to emotional. This book is interesting.

"We see everything in a glass, darkly. Sometimes we can peer through the glass and catch a glimpse of what is on the other side. If we were to polish the glass clean we'd see much more. But then we would no longer see ourselves."

Jostein Gaarder was a very good author indeed. The way he depicted the angels and God was very cool. I cant wait to read more of his works.
Profile Image for Rayya Tasanee.
Author 3 books24 followers
August 15, 2016


Novel Jostein Gaarder ini tidak dipenuhi dengan narasi seperti novel-novelnya yang lain.

Mengisahkan tentang Cecilia yang sakit parah hingga harus terus berbaring di kamarnya. Cecilia gadis kecil yang kritis, seringkali mempertanyakan banyak hal. Saya suka dialog antara Cecilia dan Malaikat Ariel. Makna ucapan-ucapan Malaikat Ariel begitu dalam. Membuat saya harus berkontemplasi dan berulang kali menggumam, "Hmm, begitu, ya." Poinnya adalah Tuhan telah menciptakan semua makhluk-Nya sesuai ukuran. Tak sepantasnya manusia mendebat Tuhan. :/

*kutipan menyusul ^^v

3,5 of 5 stars
Profile Image for Qunny.
191 reviews9 followers
February 4, 2017
Buku ini bercerita mengenai Cecilia Skotbu yang bertemu dengan malaikat pelindungnya, Malaikat Ariel. Percakapan-percakapan mereka terjalin pertama kali di malam Natal; malaikat itu muncul begitu saja di jendela kamarnya. Sejak saat itu, mereka pun makin sering mengobrol, dengan topik-topik seputar ‘duniawi’ dan ‘surgawi’ yang menjadi fokus utama.

Dan semua topik-topik itu dipaparkan dengan apik.

[Review lengkap di: Dunia Cecilia]
Profile Image for Ira Booklover.
647 reviews39 followers
January 26, 2015
Sudah selesai membaca buku ini dua tahun yang lalu. Yang masih diingat adalah pertanyaan Cecilia kepada neneknya tentang kenapa kadang kita tertawa sambil menangis? Sang nenek menjawab mungkin karena kita sebetulnya tahu bahwa kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.
Profile Image for Glorrry.
117 reviews56 followers
September 22, 2017
Portakal Kız ve özellikle Hayat Kısa'dan sonra hayal kırıklığı
Profile Image for Nadia Fadhillah.
Author 2 books42 followers
May 18, 2012
Bahagia adalah kupu-kupu
Mengepak lemah, rendah dekat tanah,
Tapi nestapa adalah rajawali
Dengan dua sayap hitam raksasa nan perkasa.
Ia mengangkatmu tinggi di atas kehidupan.
Yang merekah di bawah sana, di hangat surya dan pertumbuhan.
Rajawali nestapa tinggi terbang.
Ke negri para malaikat yang setia menjaga
Sarang kematian.

Edith Sodergran (1892-1923) hal.5

Buku ini adalah sebuah dialog panjang pengantar kematian bagi seorang gadis kecil bernama Cecilia dengan seorang malaikat kecil bernama Ariel yang bertugas menjaganya. Cecilia menderita penyakit parah yang membuatnya harus hampir selalu berbaring. Berbulan-bulan.

Ceritanya sederhana, dialog seorang anak kecil dan malaikat kecil yang membicarakan kehidupan dengan cara menyenangkan. Bagaimana rasanya dingin itu? Bagaimana caranya melihat? Bagaimana caranya mendengar? Bagaimana bermimpi? Bisakah memilih apa yang akan dimimpikan malam ini? Bisakah memilih untuk mengingat atau melupakan sesuatu? Hal-hal semacam itu.

Bahasan anak-anak ini bahkan terlalu cepat buatku sendiri. Cecilia dasarnya adalah gadis yang sangat cerdas, dia tahu banyak hal tentang bebatuan dan meteor karena menghabiskan waktunya membaca tumpukan majalah sains, ia juga suka mengatur-atur, tipikal anak gadis yang ceriwis. Malaikat Ariel pun malaikat yang suka bertanya. Karakter mereka hampir sama satu dan yang lain yang membuat agak sulit mengidentifikasi siapa diantara mereka yang sedang mengajukan pertanyaan atau menjawabnya bila tidak ada keterangan nama. Selain mereka berdua, karakter lain sebagai pendukung adalah keluarga Cecilia. Keluarga yang indah sekali hingga membuat menangis.

Mungkin kita sedih ketika merasakan keindahan karena kita tahu itu tidak akan berlangsung selamanya. -Hal.20

Anak-anak ini pun menyimpulkan, manusia memang terlahir dalam tubuh yang terdiri dari darah dan daging yang mudah hancur karena terbuat dari tanah.

Di dalam badan itu, darah dan daging bergejolak, yang berarti hidupmu tidak abadi. -Hal.51

Tapi ruh manusia akan abadi selamanya, tidak akan hancur. Begitu pula manusia dapat terbang di dalam mimpinya hingga dapat menjelajahi dunia dalam imajinasinya sendiri.

Dalam pikiran mereka, manusia dapat melakukan semua hal yang dilakukan malaikat dengan tubuh mereka. -Hal.141

Kalau mimpi itu indah dan berlangsung selamanya, kurasa aku lebih suka memilih mimpi. -Hal.166

Seperti yang mudah diduga, pada akhirnya pun Cecilia meninggal, dengan cara yang tidak terasa menyakitkan untungnya. Dengan indah.

Yogya, 12 Mei 2012
Displaying 1 - 30 of 543 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.